Makalah Sosiologi PERUBAHAN SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Selama hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan
melakukan perubahan-perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi lingkungan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan
diciptakan dan diajarkan dari satu generasi
ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri,
baik secara perorangan maupun berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada
satupun kebudayaan dan perwujudan kebudayaan yang bersifat statis (tidak
mengalami perubahan).
Pengertian perubahan sosial budaya adalah perubahan yang
terjadi akibat ketidaksaman atau ketidaksesuaian diantara unsur-unsur sosial
dan kebudayaan yang saling berbeda.
Menurut para ahli sosiologi dan antropologi antara lain :
John Lewin Gillin dan John Phillip Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima
yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
materiil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena difusi dan penemuan baru
dalam masyarakat.
Samuel Koening
Perubahan sosial menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam
pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena
sebab-sebab internal maupun eksternal.
Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan hasil budi dan karya tersebut.
Kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu :
·
Ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya yang abstrak.
·
Kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat (sistem sosial).
·
Benda-benda hasil karya manusia yang berupa fisik.
Selo Soemardjan
Perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap dan pola
perilaku diantara kelompok–kelompok dalam masyarakat.
Hubungan perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang
menyangkut perubahan masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan
memisahkan antara perubahan sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan sosial dan
budaya mempunyai satu aspek yang sama. Dari bentuk perubahan dibedakan dari segi
perubahan sosial lambat dan cepat, perubahan sosial kecil dan perubahan sosial
direncanakan dan tidak direncanakan.
Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya proses perubahan
sosialisasi dari perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru,
pertentangan masyarakat, pemberontakan dan reformasi. Modernisasi bisa merubah
dari masa pra modern menuju masa modern. Modernisasi mencakup proses sosial
budaya yang ruang lingkupnya sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa
ditetapkan secara mutlak.
Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta
akibat adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur
budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok
masyarakat lainnya.
Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi ini
mengakibatkan dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini merupakan
tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana.
Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara masyarakat
di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan komunikasi sehingga
memperlancar interaksi antar warga dunia. Selain proses modernisasi dan
globalisasi, ada juga proses yang disebut reformasi, proses dimana perbaikan
atau penataan ulang terhadap faktor rehabilitasi yang terdapat pada masyarakat.
Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang bisa merubah semuanya untuk lebih
baik dan terarah. Dan didasarkan pada perencanaan pada proses disorganisasi,
problem, konflik antar kelompok dan hambatan-hambatan terhadap perubahan.
Mereka beranggapan bahwa kebanyakan masyarakat hanya meniru
pada masyarakat atau negara lain yang sudah modern. Ini menunjukkan, seharusnya
negara modern menolong mereka melalui social engineering baik secara
langsung maupun tidak langsung, merupakan bagian dari perkembangan masyarakat
dengan modernisasi dan globalisasi yang dapat merubah untuk menjadi lebih baik
dan maju.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi perubahan
sosial budaya di masyarakat ?
2.
Bagaimana perubahan sosial budaya terhadap perkembangan
masyarakat?
3.
Bagaimana pengaruh modernisasi dan globalisasi terhadap
perkembangan tentang pengetahuan dan teknologi ?
C.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
perubahan sosial budaya pada perkembangan masyarakat Indonesia untuk menghadapi
modernisasi dan globalisasi dengan mengetahui :
1.
Dampak perubahan sosial budaya pada modernisasi dan
globalisasi.
2.
Perkembangan masyarakat dengan adanya kemajuan teknologi.
3.
Manfaat dari modernisasi dan globalisasi di masyarakat.
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk kepentingan praktis, yaitu sebagai referensi untuk membantu pengambilan
keputusan bagi pembuat kebijakan tentang perubahan sosial budaya yang terjadi
pada masyarakat Indonesia sehingga bisa dilakukan langkah-langkah agar
perubahan sosial budaya yang diharapkan bisa dilakukan dan dilaksanakan terutama
pada perkembangan masyarakat.
Dan manfaat penulisan makalah ini untuk kepentingan
teoritis, yaitu bisa menjadi masukan dalam kajian ilmiah tentang perubahan
sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Perubahan Sosial dan
Budaya
Perubahan sosial dan budaya dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan terdiri dari
faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial
budaya seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Faktor-faktor itu bisa
berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat. Berikut diuraikan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan sosial budaya.
Diantara berbagai faktor yang mendorong terjadinya
perubahan sosial budaya :
1.
Kontak dengan kebudayaan lain. Masyarakat yang
sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain akan mengalami perubahan yang
cepat. Kontak dengan kebudayaan lain ini berhubungan dengan difusi, yaitu
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain atau
dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
2.
Sistem pendidikan formal yang maju. Pada
jaman modern sekolah semakin memegang peran penting dalam melakukan
perubahan-perubahan pada para murid yang juga merupakan anggota masyarakat secara
keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang diajarkan berbagai kemampuan dan nilai-nilai yang
berguna bagi manusia, terutama untuk membuka pikirannya terhadap hal-hal baru.
3.
Toleransi. Perubahan sosial budaya yang cepat
akan terjadi pada masyarakat yang sangat toleran terhadap perbuatan atau
masyarakat yang berperilaku menyimpang, baik yang positif maupun negatif, dengan
catatan bukan merupakan pelanggaran hukum. Masyarakat yang memiliki toleransi
cenderung lebih mudah menerima hal-hal yang baru.
4.
Sistem stratifikasi terbuka. Sistem pelapisan
sosial terbuka pada masyarakat akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada
individu untuk naik ke kelas sosial yang lebih tinggi melalui berbagai usaha
yang diperbolehkan oleh kebudayaannya.
5.
Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat
yang heterogen atau masyarakat yang berbasis latar belakang kebudayaan, ras,
dan ideologi yang beragam akan mudah
mengalami pertentangan-pertentangan yang mengundang perubahan. Keadaan ini akan
mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat.
6.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang
kehidupan. Ketidakpuasan ini, baik dalam sistem kemasyarakatan,
ekonomi, politik, dan keamanan, akan mendorong masyarakat melakukan perubahan
sistem yang ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhannya.
7.
Orientasi ke masa depan. Umumnya masyarakat
beranggapan bahwa masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang, sehingga
mereka berusaha menyesuaikan diri, baik yang sesuai dengan keinginannya, maupun
keadaan yang buruk sekalipun. Untuk itu, perubahan-perubahan harus dilakukan
agar dapat menerima masa depan.
8.
Pandangan bahwa manusia harus senantiasa berusaha untuk memperbaiki hidupnya.
Terdapat suatu ajaran atau keyakinan di masyarakat yang menyebutkan bahwa yang
dapat mengubah atau memperbaiki keadaan nasib manusia adalah manusia itu
sendiri, dengan bimbingan Tuhan. Jika
seseorang ingin berubah niscaya ia harus berusaha. Usaha ini ke arah
penemuan-penemuan baru dalam bentuk cara-cara hidup atau pun pola interaksi di
masyarakat.
Selain dari itu faktor-faktor yang bisa menghambat
perkembangan di masyarakat dari perubahan sosial budaya diantaranya :
1.
Kurang berhubungan dengan masyarakat lain.
Masyarakat yang kurang memiliki hubungan dengan masyarakat lain umumnya adalah
masyarakat terasing atau terpencil. Dengan keadaan seperti ini, mereka tidak
mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain.
2.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
Keterlambatan perkembangan ilmu pengetahuan di suatu kelompok masyarakat dapat
disebabkan karena masyarakat tersebut berada di wilayah yang terasing, sengaja
mengasingkan diri atau lama dikuasai (dijajah) oleh bangsa lain sehingga
mendapat pembatasan-pembatasan dalam segala bidang.
3.
Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Suatu
sikap yang mengagung-agungkan tradisi lama serta anggapan bahwa tradisi tidak
dapat diubah akan sangat menghambat jalannya proses perubahan, keadaan tersebut
akan menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh
golongan konservatif.
4.
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat. Dalam
suatu masyarakat, selalu terdapat kelompok-kelompok yang menikmati kedudukan
tertentu. Biasanya, dari kedudukan itu mereka mendapatkan keuntungan-keuntungan
tertentu dan hak-hak istimewa.
5.
Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial
yang telah ada. Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda.
Unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi sosial dan
menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
6.
Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Di
dalam masyarakat menganggap pandangan hidup atau keyakinan yang telah menjadi
ideologi dan dasar integrasi mereka dalam waktu lama dapat terancam oleh setiap
usaha perubahan unsur-unsur kebudayaan.
7.
Prasangka pada hal-hal baru atau asing (sikap tertutup).
Prasangka seperti ini umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh
bangsa-bangsa asing, mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang datang
dari luar sebab memiliki pengalaman pahit sebagai bangsa yang pernah dijajah,
umumnya unsur-unsur baru yang masuk berasal dari dunia barat.
8.
Adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat
atau kebiasaan merupakan pola perilaku anggota masyarakat dalam memenuhi semua
kebutuhan pokoknya. Jika kemudian pola-pola perilaku tidak lagi efektif
memenuhi kebutuhan pokok, maka akan muncul krisis adat atau kebiasaan, yang
mencakup bidang kepercayaan, sistem pencaharian, pembuatan rumah dan cara
berpakaian.
B.
Perubahan Sosial dan Budaya terhadap perkembangan masyarakat.
Kebudayaan merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian
dari kebudh itu saling berkaitan satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur
kebudayaan akan mempengaruhi unsur-unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat
contohnya ketika program listrik masuk desa mula-mula dijalankan. Masuknya
listrik ke pedesaan yang sebelumnya tidak ada listrik, membawa perubahan besar
dalam kehidupan penduduk desa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani atau pengrajin tradisional. Perubahan itu begitu terasa pada peningkatan
beragam kebutuhan akan barang-barang elektronik (radio, televisi, kulkas).
Dengan memiliki perangkat elektronik tersebut, pola hidup
mereka mengalami perubahan. Waktu tidur berubah menjadi semakin larut,
pranata-pranata hiburan juga ikut mengalami perubahan. Ikatan-ikatan sosial
masyarakat desa menjadi semakin mengendur, karena mereka lebih banyak
menghabiskan waktunya di depan pesawat televisi dibandingkan dahulu yang lebih
banyak berinteraksi di luar dengan sesama warga. Pertunjukan seni tradisional
lebih banyak ditonton di televisi dari pada melalui pertunjukan langsung di
panggung-panggung. Selain itu juga, dengan adanya penerangan lampu. Dari
kenyataan ini, perubahan-perubahan lainnya akan semakin terbuka dan berlangsung
secara beruntun.
Menurut Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan
oleh beberapa faktor internal maupun eksternal sebagai berikut :
a.
Faktor-faktor internal antara lain :
·
Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap
sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
·
Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang
berlaku. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu
lainnya sehingga mendorong perubahan.
·
Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.
Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan terjadinya perubahan unsur penduduk
lainnya, seperti rasio jenis kelamin dan beban tanggungan hidup. Banyaknya
pendatang dari etnis dan budaya lain juga akan merubah struktur sosial karena
penduduk menjadi lebih heterogen.
b.
Faktor-faktor eksternal antara lain :
·
Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa
bumi, atau tsunami. Bencana alam dapat menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan fisik sehingga menuntut manusia melakukan adaptasi terhadap
lingkungan yang telah berubah tersebut. Biasanya untuk bertahan ataupun
mengalami suatu bencana alam, manusia terkadang terlupa atau mungkin terpaksa
melanggar nilai-nilai dan norma sosial yang telah ada. Hal ini dilakukan
semata-mata untuk tetap bertahan dalam menghadapi perubahan lingkungan akibat
bencana alam tersebut.
·
Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian,
rusaknya berbagai sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari, terjadinya
kekacauan ekonomi dan sosial, serta tergoncangnya mental penduduk sehingga
merasa frustasi dan tidak berdaya. Dalam kenyataan yang lebih memprihatinkan,
peperangan seringkali diakhiri dengan penaklukan yang diikuti pemaksaan
ideologi dan kebudayaan oleh pihak atau negara yang menang. Semua ini akan
mengubah kehidupan masyarakat dan kebudayaannya.
·
Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya.
Kontak dapat terjadi antar etnis di dalam suatu kawasan atau yang berasal dari
tempat yang berjauhan. Interaksi antara orang atau kelompok yang berbeda etnis
dan kebudayaan yang tinggi akan memperluas pengetahuan dan wawasan tentang
budaya masing-masing, sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan
penyesuaian diri terhadap budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan penyesuaian
diri ini pada akhirnya akan mendorong terjadinya perubahan kebudayaan.
C.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Globalisasi memiliki pengaruh yang positif, yaitu membawa
kemajuan, kesejahteraan, dan keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi
juga membawa pengaruh negatif, seperti adanya budaya hedonisme, pendewaan
pikiran nasionalisme, ilmu dan teknologi, sekularisme, dan tipisnya iman.
Kita menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin
dapat dihindari, kecuali kita dengan sengaja menghindari interaksi dan
komunikasi dengan pihak yang lain.
Ketika seseorang masih membaca surat kabar, menonton televisi, atau menggunakan
alat lainnya, terlebih lagi dengan menggunakan internet, ia tetap akan
terperangkap dalam proses dan model pergaulan global.
Dalam era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan
nilai-nilai budaya dan agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa
telekomunikasi, transformasi dan informasi sebagai hasil dari modernisasi
teknologi. Pertemuan dan gesekan tersebut akan menghasilkan kompetisi liar yang
berarti saling mempengaruhi dan dipengaruhi, saling bertentangan dan
bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda yang berakhir dengan kalah atau menang,
saling bekerja sama yang akan menghasilkan sintesa dan antitesa baru.
Pengertian globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
1)
Sebagai Alat
Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan
teknologi, terutama di bidang komunikasi. Globalisasi sebagai alat juga
mengandung hal-hal yang positif apabila dipergunakan untuk tujuan yang baik.
Namun hal tersebut juga dapat mengandung hal-hal negatif bila dipergunakan
untuk tujuan yang tidak baik. Jadi tergantung siapa yang menggunakan dan apa
tujuannya.
2)
Sebagai Ideologi
Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti
tersendiri dan netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti
memihak suatu kepentingan sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju
maupun yang tidak setuju. Disinilah timbulnya benturan dan pertentangan.
a)
Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD, dan
internet, kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan parabola atau
internet, kita dapat menyaksikan hiburan porno dari kamar tidur. Kita dapat
terpengaruh oleh segala macam bentuk yang sangat konsumtif. Anak-anak kita
dapat terpengaruh oleh segala macam film kartun dan film-film yang seharusnya
tidak dilihat. Kita pun dapat dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti
yang terjadi di sinetron-sinetron kita (terutama sekali yang bertemakan
keluarga) yang lebih dari 90% menebar nilai-nilai negatif dengan ukuran
keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus disadari pula bahwa televisi juga
banyak menayangkan program-program pengajian, ceramah, diskusi, dan berita yang
mengandung nilai positif bahkan agamis. Adegan kekerasan (violence) akan
lebih berkesan di benak anak-anak dibandingkan dengan petuah agama.
b)
Tantangan
Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita serap,
terutama yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita, misalnya disiplin,
kerja keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran.
Kita wajib menyaring yang baik dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa
kita terima, sebaliknya yang buruk kit atolak.
D.
Aspek-aspek Positif dan Negatif dari Globalisasi
Pengaruh globalisasi harus kita hadapi dan direspons. Ada
tiga sikap dalam merespons globalisasi.
1.
Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita
menolak semua pengaruh barat. Bahkan ada pandangan ekstrem yang menganggap
kebudayaan barat sebagai musuh.
2.
Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan
“role model” untuk masa depan, bahkan menjadikannya way of life
mereka.
3.
Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara
otomatis menerima atau menolak kebudayaan barat, mereka dapat menerima
kebudayaan barat selama tidak harus mengorbankan agama, kepribadian, dan
kebudayaan yang ada. Sebaliknya mereka akan menolak kebudayaan barat yang tidak
sesuai dengan kebudayaan yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, akhirnya kita dapat menentukan sikap sebagai
berikut :
a.
Aspek-aspek positif yang diterima
1)
Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan teknologi, terutama di
bidang komunikasi, transportasi, dan informasi akan dapat menebus batas-batas
wilayah, budaya dan waktu. Di era globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan
gesekan nilai-nilai sosial budaya. Melalui proses seleksi nilai-nilai sosial
budaya yang positif wajib kita terima, seperti kerja keras, disiplin,
kejujuran, penghargaan terhadap karya atau kerja orang lain, optimistis,
kemandirian, kesungguhan, tanggung jawab, law enforcement, ketaatan
terhadap aturan, dan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang diterima akan diserap
sehingga memperkaya budaya kita.
2)
Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih
tertinggal jauh dari negara-negara yang telah maju. Justru era globalisasi ini
merupakan peluang baik untuk dapat menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita
akan dapat bersaing (berkompetisi) dalam menghasilkan barang-barang yang
berkualitas dengan harga murah.
3)
Di bidang mental
Sikap mental seperti pasrah, menyerah, ketergantungan, kongkow-kongkow,
dan santai wajib kita ubah menjadi sikap
kerja keras, disiplin dalam segala hal, serta menghargai dan menggunakan waktu
sebaik-baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan
bangsa, bangsa yang maju pasti mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai contoh
negara Jepang, Korea, Hongkong, dan Singapura.
4)
Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA (Asean Free
Trade Agreement) atau perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN yang berlaku
di tahun 2003 dan APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau kerja sama
ekonomi Asia Pasifik yang berlaku di tahun 2020. Lalu timbul pertanyaan : sudah
siapkah kita menghadapi era liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah,
berarti kita akan tetap survive (hidup) akan dicukupi dari produksi luar
negeri. Akibatnya bangsa kita akan tergantung sepenuhnya pada bangsa kita.
5)
Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan untuk
berhubungan dengan bangsa lain. Kita akan dihadapkan dengan berbagai ideologi
bangsa lain, seperti separatisme. Oleh sebab itu, harus mempunyai ketahanan
ideologi dan kesaktian Pancasila melalui sejarah. Pancasila merupakan ideologi
nasional, pandangan hidup bangsa (falsafah bangsa), dan dasar negara yang harus
dipertahankan. Sejarah telah membuktikan bahwa menyimpang dari Pancasila akan
membawa bencana bagi bangsa dan negara, seperti pada tahun 1949 – 1959 (masa
liberalisme) dan pada tahun 1959 – 1965 (masa demorasi terpimpin).
6)
Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa, sebaliknya perpecahan
akan membawa kehancuran terhadap negara ini. Persatuan dan kesatuan akan
membawa rasa aman, damai, tentram dan sejahtera. Banyak faktor di era
globalisasi yang akan menimbulkan benturan dan gesekan dengan budaya lain,
seperti individualistis, sekularisme, dan gaya hidup serba bebas (dalam arti
negatif). Oleh sebab itu kita harus waspada, kita harus dapat mengatasi setiap
hambatan, ancaman, gangguan, dan tantangan.
b.
Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak
Kita telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah tidak
memiliki lagi batas-batas wilayah, waktu dan budaya. Apa yang terjadi di sana,
terjadi juga di sini dalam waktu yang sama dan tidak ada sensor. Kita
dihadapkan pada suatu pilihan, menerima atau menolak. Dalam menentukan pilihan
wajib mempunyai filter (penyaring), yaitu agama (iman), Pancasila, norma-norma
budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila tidak, maka nilai-nilai kemaksiatan
akan masuk dan merusak bangsa kita.
1)
Di bidang sosial budaya
Dalam era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi antar nilai
budaya tidak mungkin dihindari. Apabila kita bertahan, maka akan menimbulkan
sikap isolasi, ketertutupan, eksklusif, dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi
apabila kita berperan aktif berarti akan menghasilkan keterbukaan dan rasa
lebih. Paling tidak kita dapat bersikap akomodatif terhadap hal-hal yang masih bisa
ditolerir.
Kita harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, akibat
prosesnya yang lama dan apabila sudah termakan akan menghilangkan nilai-nilai
dan identitas bangsa.
2)
Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang lebih maju
daripada yang kita miliki. Namun kita harus selektif, apakah ilmu dan teknologi
itu sesuai dengan norma-norma, kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya
apakah penerapannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan menimbulkan pengangguran? Semua itu perlu pengkajian
lebih lanjut.
3)
Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun dikatakan “modern”,
seperti pengaruh model pakaian, rambut, makanan, dan minuman tanpa
memperhatikan yang halal atau yang haram.
4)
Di bidang ekonomi
Salah satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi (persaingan)
secara sehat, artinya berdasarkan peraturan yang berlaku. Kompetisi dapat
berlaku dalam kualitas, harga (murah), dan pelayanan (cepat, tepat, dan sopan).
Dengan kompetisi akan terjadi pengelompokan perusahaan, yang kuat dan baik
tetap hidup, yang lemah dan tidak baik akan mati (gulung tikar). Terjadilah
kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin lebar dan dalam, sehingga sistem
ekonomi dan sosial berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 tidak mungkin tercapai.
Pertanyaan adalah kemana perekonomian Indonesia akan dibawa dan oleh siapa?
5)
Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era
globalisasi, karena maraknya paham-paham lain masuk ke bumi Indonesia, seperti
liberalisme, komunisme, sekularisme, individualisme, egoisme, dan sebagainya.
Semua ideologi asing tersebut tentu bertentangan dengan ideologi Pancasila yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah
untuk mufakat, dan lain sebagainya.
6)
Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan tindakan kejahatan yang
makin meningkat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, sehingga
pendidikan agama perlu kita tingkatkan pula. Pendidikan agama bukan hanya dalam
segi pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada pengalaman yang dimulai sejak
sedini mungkin.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat saya simpulkan sebagai
berikut :
1.
Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta
akibat adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur
budaya suatu kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok
masyarakat lainnya.
2.
Globalisasi diambil dari kata globe, yang berarti
bola dunia. Globalisasi merupakan suatu gejala terbentuknya sistem organisasi
dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah yang sama antara
masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi memperlancar
interaksi antar warga dunia.
3.
Pengaruh globalisasi yang memberi nilai-nilai positif wajib
kita serap, terutama yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya kita,
misalnya disiplin, kerja keras, menghargai orang lain, rasa kemanusiaan,
demokrasi.
4.
Tidak semuanya pengaruh globalisasi dan modernisasi membawa
keburukan tetapi juga ada sisi praktis yang bisa diambil dari itu.
B.
Saran
1.
Filter (penyaring) yang paling mendasar adalah kita kembali
kepada ajaran agama. Keimanan dan ketakwaan yang teguh akan menyaring pengaruh
kebudayaan barat dan kebudayaan bangsa lain. Hal ini harus dilakukan oleh
segenap tokoh agama, masyarakat, pendidik dan para pemimpin.
2.
Dengan penguasaan Iptek,
kita tidak akan tertinggal dari
negara-negara maju. Bahkan kita sejajar/sederajat dalam percaturan
internasional.
3.
Dengan Iptek akan membawa efisiensi tenaga dan biaya.
4.
Dengan adanya Iptek, kita akan lebih mudah mengoperasikan
peralatan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Azizy, A. Qodri, MA. 2003. Melawan Globalisasi –
Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
·
Mu’in, Idianto. 2005. Sosiologi Jilid III.
Jakarta : PT. Erlangga.
·
Samsudin. 2006. Kewarganegaraan. Surakarta :
PT. Widya Duta Grafika.
·
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi : Suatu Pengantar.
Jakarta : Raja Grafindo.
·
Susanto, Phil, Astrid. 1978. Pengantar Sosiologi dan
Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta.