PROSES BELAJAR DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
BAB I
PENDAHULUAN
Di masyarakat tumbuh
kebutuhan yang meningkat akan adanya bimbingan dan penyuluh atau tenaga yang
mampu mengembangkan ketrampilan hubungan antarorang pada umumnya. Tenaga
seperti ini diperlukan di berbagai lingkungan, seperti di sekolah, lingkungan
industri, ketenaga-kerjaan, dan terutama di bidang pertanian. Sebelum terjun
dalam lingkungan tertentu, seorang calon penyuluh perlu menjalani dan terlibat
langsung di dalam latihan yang baik dan mantap guna mengembangkan kemahiran
dalam pemakaian ketrampilan penyuluhan.
Dalam suatu hubungan
penyuluhan, penyuluh yang terlatih dengan baik mempunyai sejumlah metode yang
dapat digunakannya untuk membantu klien. Suatu metode dapat dipandang sebagai
usaha penyuluhan bila ia memiliki persyaratan-persyaratan tertentu yang harus
dipenuhinya. Kemampuan penyuluh yang efektif berarti kemampuan menggunakan
ketrampilan-ketrampilan yang benar-benar tepat sesuai dengan tuntutan suasana.
Untuk dapat mengajarkan ketrampilan menyuluh, pengajar perlu memiliki tingkat
kematangan yang tinggi dan kemampuan yang mentap dalam mengadakan hubungan
antar orang. Dari segi pribadinya pengajar hendaknya memiliki kepribadian yang
hangat, terbuka, menerimadiri sendiri dan mampu mengungkapkan (membuka) diri
sendiri.
Penyuluhan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka
antara dua orang; yang satu oleh karena keahliannya membantu yang lain untuk
mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Orang yang memberi bantuan disebut
penyuluh dan yang diberi bantuan disebut klien. Dan sering dikatakan bahwa
penyuluhan itu alat daripada bimbingan. Dengan kata lain, bimbingan itu
diberikan melalui penyuluhan. Dengan demikian keberhasilan bimbingan banyak
ditentukan bagaimana penyuluh itu dilakukan. Untuk dapat melakukan penyuluhan
secara lebih terarah, penyuluh dituntut untuk benar-benar menguasai ketrampilan
dan pengetahuan dalam melaksanakan penyuluhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Proses belajar
yang seharusnya dilakukan dalam penyuluhan adalah proses pendidikan yang
diterapkan dalam pendidikan orang dewasa (adult
education/andragogie). Di dalam penyuluhan, pendidikan orang dewasa
bersifat seperti sukarelawan, artinya tidak ada paksaan dalam melakukan
penyuluhan.
Tujuan seseorang untuk belajar ternyata
sangat beragam, yaitu:
- Sebagai jawaban terhadap panggilan hidupnya, untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup, guna mempertahankan dan memperbaiki kehidupannya.
- Untuk menambah pengetahuan, baik sebagai petualangan (sekedar tahu) maupun untuk dimanfaatkan bagi kehidupan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
- Sebagai kesadaran untuk berafiliasi atau bergabung dengan sesamanya, dan tujuan-tujuan sosial lain.
- Sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai warga masyarakat, yang harus berpartisipasi dalam upaya perbaikan kehidupan masyarakatnya.
- Untuk mencapai prestasi tertentu bagi pengembangan keahlian, karir, dan penghasilannya.
- Untuk memperoleh penghargaan dari lingkungannya, atau setidak tidaknya diakui sebagai anggota sistem sosialnya.
- Sebagai aktualisasi dari keberadaanya.
Bertolak dari pemahaman
tersebut maka setiap kegiatan belajar harus memperhatikan prinsip-prinsip
belajar, yaitu :
1. Prinsip
latihan (practice)
Yaitu proses belajar
yang dibarengi dengan latihan atau aktivitas fisik untuk merangsang kegiatan
anggota badan (kaki, tangan, dll). Atau belajar sambil melakukan kegiatan yang
dialami sendiri oleh warga belajar.
2. Prinsip
menghubung-hubungkan (asociation)
Yaitu proses belajar
dengan jalan menghubung – hubungkan prilaku lama (terutama sikap dan
pengetahuan atau perasaan dan pikiran) dengan stimulus – stimulus baru yang
memiliki kemiripan dan aitan erat dengan prilaku yang sudah dimiliki, sehingga
akan semakin mudah diterima dan dipahami.
3. Prinsip
akibat (effect)
Seperti telah
dikemukakan bahwa setiap peserta didik pasti memiliki tujuan yang bermanfaat
yang ingin dicapai melalui proses belajarnya. Karena itu hasil belajar yang
diharapkan melalui suatu kegiatan penyuluhan akan semakin baik manakala proses
belajar itu akan memberika sesuatu yang bermanfaat bagi warga belajarnya atau
memberikan sesuatu yang disenangi atau membuat warga belajar menyenanginya.
4. Prinsip
kesiapan (readiness)
Setiap kegiatan
pendidikan hanya akan berhasil baik jika pendidik mampu memahami keadaan
peserta didiknya terutama yang berkaitan dengan fisik (kenyamanan lingkungan
diselenggarakannya pendidikan, waktu pelaksanaan, lamanya kegiatan, dan
lain-lain) maupun kesiapan sasarannya (kebutuhan, keinginan, hal-hal yang tidak
disukai dan lain-lain).
Proses belajar pada
orang dewasa terdiri dari beberapa prinsip yaitu:
- Orang dewasa belajar dengan baik apabila mengambil bagian secara penuh dalam kegiatan-kegiatan.
- Orang dewasa belajar dengan baik apabila hal yang dipelajari menarik dan berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
- Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila yang dipelajari bermanfaat dan praktis.
- Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik.
- Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
- Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu dan daya pikir dari orang dewasa.
- Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.
Adapun karakteristik
pendidikan orang dewasa dalam kaitannya dengan proses belajar di dalam
penyuluhan adalah sebagai berikut:
1. Proses
belajar yang berlangsung secara lateral atau horizontal, yaitu proses belajar
bersama, dimana semua pihak yang terlibat saling bertukar informasi,
pengetahuan, dan pengalaman.
2. Kedudukan
penyuluh tidak berada di atas atau lebih tinggi dibanding petaninya, melainkan
dalam posisi yan sejajar. Kedudukan sebagai mitra sejajar tidak hanya terletak
pada proses pertukaran informasi, pengetahuan dan pengalaman selama
berlangsungnya kegiatan penyuluhan, tetapi dimulai dari sikap pribadi selama
berkomunikasi, sikap saling menghargai, saling menghormati, dan saling
memperdulikan antar penyuluh dan petani karena mereka saling membutuhkan dan
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dalam meningkatkan kemajuan
pertanian.
3. Peran
penyuluh bukan sebagai guru yang harus menggurui petani/masyarakat, melainkan
sebatas sebagai fasilitator yang membantu proses belajar, baik selaku moderator
(pemandu acara), motivator (yang merangsang dan mendorong proses belajar) atau
sekedar nara sumber manakala terjadi “kebuntutan” dalam proses belajar yang
berlangsung.
4. Dalam
proses persiapan pelaksanaan kegiatan penyuluhan, perlu memperhatikan
karakteristik orang dewasa dan karakteristik emosional.
5. Materi
penyuluhan harus berangkat dari “kebutuhan yang dirasakan”. Terutama menyangkut:
a. kegiatan
yang sedang dan akan dilaksanakan.
b. masalah
yang sedang dan akan dihadapi.
c. perubahan-perubahan
yang diperlukan atau diinginkan.
d. tempat
dan waktu pelaksanaan penyuluhan, sebaiknya juga harus disesuaikan dengan
kesepakatan masyarakat, yaitu :
1) tempat
penyuluhan tidak harus selalu dihamparan/lahan usaha tani, tidak harus menetap,
tatapi dapat berpindah-pindah sesuai dengan materi dan kesempatan yang
dimiliki.
2) hari
dan waktu pertemuan, tidak harus tetap tetapi yang penting harus ada kepastian.
3) Selang
waktu kunjungan tidak harus dua minggu sekali, tetapi yang penting dilakukan
pertemuan (kunjungan) 2 kali dalam sebulan, atau untuk masyarakat jawa dapat
diundur sedikit menjadi 2 kali dalam selapan (35) hari.
6. Keberhasilan
proses belajar, tidak diukur dari seberapa banyak terjadi “transfer of
knowledge”, tetapi lebih memperhatikan seberapa jauh terjadi dialog
(diskusi,sharing) antar peserta kegiatan penyuluhan. Berlangsungnya dialog
seperti ini memiliki arti yang sangat penting kaitannya dengan penggalian inovasi
yang ditawarkan dari luar maupun indegenuous
technology yang digali atau warisan generasi tua.
a. Peluang
diterima dan keberhasilan inovasi yang ditawarkan.
b. Berkembangnya
partisipasi masyarakat dalam bentuk untuk merasakan memiliki, keharusan, turut mengamankan
segala keputusan yang disepakati (melaksanakan, monitoring dll).
Untuk
mencapai efektivitas belajar yang optimal, terdapat beragam jenis belajar yang
dapat dipratekkan baik oleh pendidik maupun peserta didik, yaitu :
1. Belajar
konsep, yaitu mengabstraksikan ide atau realitas dalam pikirannya dan
berdasarkan konsep yang disusun itu yang bersangkutan akan memberikan respon
yang tepat menurut konsep yang diketahuinya. Contoh : Seorang petani menghadapi
tanaman yang layu, maka dia akan berusaha mencari air.
2. Belajar
prinsip, yaitu mempelajari hubungan konsep-konsep yang memiliki arti tertentu
menurut aturan tertentu. Dengan kata lain, belajar prinsip adalah mempelajari
beragam prinsip atau rangkaian konsep yang memiliki arti tertentu. Contomenghah
: Jika seorang petani menghadapi tanaman layu dan menurut konsep disebabkan
oleh serangan penyakit maka petani harus mempelajari prinsip-prinsip
perlindungan tanaman yang benar.
3. Multiple discrimination,
yaitu kemampuan untuk respon yang benar terhadap beragam stimulus yang
berbeda. Dalam hal ini, individu yang
bersangkutan harus mampu memahami dan membeda-bedakan beragam stimulus yang
berbeda. Contoh : Jika seorang petani menghadapi tanaman yang layu dia harus
mampu mengidentifikasi sebab-sebab kelayuannya dan memberikan respon yang tepat
untuk mengatasi kelayuan tersebut.
4. Belajar
memecahkan masalah atau (problem solving
learning) yaitu mempelajari cara – cara memecahkan masalah yang dihadapi.
Jika ternyata masalahnya tidak dapat terpecahkan melalui penerapan prinsip –
prinsip tertentu, harus mecari prinsip – prinsip lainnya. Contoh : jika petani
menghadapi serangan hama tikus dia dapat memberantasnya dengan cara nggropyokan
tetapi jika cara ini belum efektif, dia harus mencoba cara – cara pemberantasan
lain (pemasangan umpan, pengasapan lubangnya).
5. Belajar
partisipatif, yaitu belajar proses bersama yang dilakukan sekelompok individu
dengan atau tanpa difasilitasi orang luar, dimana sesama peserta didik saling
berinteraksi, saling membantu, berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta saling
memperhatikan (helping, sharing, dan caring). Euntungan proses belajar ini
adalah semua peserta ajar memperoleh pengakuan dan kesempatan yang sama untuk
mengemukakan pendapat dan pengalaman masing – masing. Contoh : curah pendapat
tanya jawab, diskusi, bermain peran, studi kasus tugas kelompok dan tugas
mandiri.
6. Belajar
penelusuruan dan penemuan, yaitu kegiatan belajar yang dirancang sebagai
kegiatan yang dilakuakan untuk menemukan akar masalah, dalam rangka memecahkan
masalah memalui serangkaian aktivitas penyelidikan.
7. Belajar
kuantum adalah suatu jenis belajar dengan mengoptimalkan semua sumber daya
pendidikan yang terdiri dari pendidik, peserta didik, perlengkapan pendidikan,
dan kondisi lingkungan. Keadaan lingkungan yang dimaksud disini adalah nilai –
nilai sosial budaya dan waktu yang tersedia.
8. Belajar
kontekstual kolaboratif adalah suatu pendekatan yang mengaitkan materi belajar
dengan dunia siswa melalui interaksi sosial dalam suatu kelompok. Tujuannya
adalah untuk membekali pembelajaran dengan pengetahuan yang secara fleksibel
dapat ditransfer dari satu konteks ke konteks lainnya
9. Pembelajaran
SCL (student centre learning) adalah
pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar peserta didik bukan hanya
pada aktivitas mengajar.
Berkaitan proses
belajar yang berlangsung dalam kegiatan penyuluhan perlu juga diperhatikan
pentingnya:
1. Proses
belajar yang tidak harus melalui sistem sekolah, yang memungkinkan semua
peserta dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar bersama.
2. Tumbuh
dan berkembangnya semangat belajar seumur hidup, dalm arti pentingnya
rangsangan, dorongan, dukungan, dan pendamping terus menerus secar
berkelanjutan.
3. Tempat
dan waktu penyuluhan, harus disepakati lebih dahulu dengan calon peserta kegiatan
dengan lebih memperhatikan kepentingan atau kesediaan mereka. Pemilihan waktu
dan tempat penyuluhan tidak boleh ditetapkan sendiri oleh
penyuluh/fasilitatornya menurut kegiatan dan waktu yang disediakannya.
4. Tersediannya
perlengkapan penyuluhan (alat bantu dan alat peragaaan terutama yang berkaitan
dengan pangliatan/pencahayaan dan paendengaran). Perlengkapan yang disediakan,
sebaiknya berupa alat bantu dan peraga berupa contoh riil yang dapat disediakan
dan dapat digunakan sesuai kondisi setempat.
5. Materi
ajaran tidak harus bersumber dari textbook, tetapi dapat dari media masa
seperti: Koran, tabloid, laporan, radio, telavisi, pertunjukan kesenian,
perjalanan, termasuk cerita rakyat maupun pesan-pesan generasi tua/para pendahulu,
maupun pengalaman kerja dan pengalaman sehari-hari.
6. Materi
ajakan tidak harus baru (up to date),
tetapi dapat juga cerita kuno, atau praktek-praktek lam yang sebenarnya sudah
pernah dilakukan tetapi lama ditinggalkan.
7. Sumber
bahan ajar, tidak harus berasal dari orang-orang pintar, tokoh masyarakat atau
pejabat, melainkan dari siapa saja (termasuk pihak-pihak yang sering
direndahkan).
8. Pengembangn
kebiasaan untuk bersama-sama mengkaji atau mengkritisi setiap inovasi (dari
manapun subernya), kaitannya dengan peluang dan ancaman, manfaat/keuntungan
yang akan diharapkan dari resiko yang akan ditanggung, serta tungkat kesesuaian
dengan keadan alami/fisik, kemampuan ekonomi, daya nalar, agama, adapt,
kepercayaan, dan norma kehidupan masyarakat setempat.
9. Keberhasilan
fasilitator atau nara sumber tidak selalu harus diterima sebagai penentu tetapi
cukup sebagai pemberi pertimbangan bagaimanapun keputusan sangat tergantung
kepada masing-masing individu atau kesepakatan masyarakat setempat.
Beberapa prinsip yang perlu
dikedepankan dalam sebuah proses belajar pada kegiatan penyuluhan yang terkait
dengan pendidikan orang dewasa, antara lain:
1. Penyuluh
harus dapat berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai guru. Sebagai mana
makna fasilitator yang berasal dari kata bahasa inggris to facilitate yang
artinya membuat mudah (memudahkan), maka seorang fasilitator memiliki peranan
membantu sasaran suluh agar mudah belajar. Penyuluh berperan sebagai pembimbing
atau pihak yang mempermudah jalannya proses belajar. Disini penyuluh dapat
menjadi motivator, katalisator, dan konsultan.
2. Materi
penyuluhan harus berdasarkan pada kebutuhan belajar yang dirasakan oleh sasaran
suluh. Sasaran suluh yang notabene adalah orang dewasa pada umumnya melihat
pendidikan sebagai proses peningkatan ketrampilan yang akan segera bermanfaat
dalam kehidupan sesuai fungsinya dalam masyarakat. Sehingga pendidikan orang
dewasa lebih difokuskan pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat akan materi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah.yang mereka hadapi. Beberapa hal yang
juga perlu diperhatikan dalam pemilihan materi yang dibutuhkan oleh sasaran
suluh adalah secara teknis dapat dilakukan, secara ekonomis dapat memberikan
keuntungan, dan tidak bertentangan dengan nilai sosial dan budaya sasaran
suluh.
3. Efektivitas
proses belajar, bukan diukur dari banyaknya “knowledge transfered”, namun lebih
pada tumbuh dan berlangsungnya proses dialog/diskusi dan sharing
informasi/pengalaman antar peserta kegiatan penyuluhan, lebih pada terjadinya
upaya pembelajaran bersama di antara sasaran penyuluhan, dengan kata lain
proses belajar harus bersifat partisipatif. Suasana belajar diupayakan bersifat
informal dan mendorong masing-masing pesertanya untuk saling menghargai
kerjasama.
4. Perlu
memperhatikan perbedaan individu atau karakteristik sasarn suluh. Sasaran suluh
adalah orang dewasa di mana masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda
antara lain berpengalaman atau belum berpengalaman, usia muda atau tua,
emosional atau kalem, bugar atau kurang bugar, berpendidikan atau kurang
berpendidikan, dan lain sebagainya.
5. Penggunaan
media menekankan pada keterlibatan panca indera sasaran suluh secara optimal
pada proses pembelajaran. Pembelajaran akan lebih efektif apabila didukung
dengan peragaan-peragaan (media pembelajaran) yang konkret. Dengan peragaan
maka pemahaman sasaran suluh akan lebih dalam. Peragaan yang dilakukan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga sasaran suluh tidak hanya memahami sesuatu
hanya terbatas pada luarnya saja, tetapi juga harus sampai pada macam seginya,
dianalisis, disusun, dikomparasi sehingga dapat memperoleh gambaran yang
lengkap.
6. Tempat
atau lingkungan belajar merupakan segala sesuatu yang dapat mendukung proses
pembelajaran. Lingkungan pembelajaran dapat berfungsi sebagai sumber
pembelajaran atau sumber belajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan penyuluhan,
seorang penyuluh harus dapat membawa, mengatur atau menciptakan lingkungan
sebaik-baiknya sehingga tercipta lingkungan sebagai komponen pembelajaran yang
penting kedudukannya secara baik dan memenuhi syarat.
BAB
III
PENUTUP
Proses
belajar dalam penyuluhan pertanian diterapkan dalam pendidikan orang dewasa
atau adult education. Dalam sistem
belajar yang demikian maka kedudukan dari penyuluh dengan masyarakat adalah
sejajar atau horizontal, karena proses belajar dilakukan secara bersama-sama
baik penyuluh itu sendiri maupun orang yang diberikan penyuluhan selain itu
peran penyuluh hanya sebatas sebagai fasilitator yang membantu dalam proses
belajar, baik sebagai motivator, moderator atau sekedar sebagai narasumber. Sebelum
dilakukan proses belajar dalam penyuluhan, salah satu aspek yang harus
dilakukan pertama kali adalah dalam hal menentukan maksud dan tujuan dari
proses belajar tersebut. Hal ini dimaksudkan agar penyuluh maupun klien atau
orang yang diberikan penyuluhan dapat memahami dengan seksama apa yang akan
mereka pelajari bersama.
Keberhasilan dalam
proses belajar, tidaklah diukur dari seberapa banyak terjadi “transfer of knowledge”, tetapi lebih
memperhatikan terhadap seberapa jauhnya tingkat dialog (diskusi,sharing) antar
peserta kegiatan penyuluhan itu sendiri. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses belajar penyuluhan pertanian adalah ketersediaan fasilitas belajar yang
memadai. Fasilitas tersebut antara lain tempat atau ruangan, waktu, alat untuk
menunjang pelaksanaan penyuluhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonima.
2009. Proses Pembelajaran dalam
Penyuluhan. http://arsury.blogspot.com/2009/02/beberapa-prinsip-proses
pembelajaran.html.
Diakses pada tanggal 8 Mei 2012 pukul 12.00 WIB.
Anonimb.
2010. Proses Belajar dalam Penyuluhan
Pertanian. http://eone87.wordpress.com/2010/04/03/proses-belajar-dalam-penyuluhan-pertanian/. Diakses pada
tanggal 8 Mei 2012 pukul 11.00 WIB.
Anonimc.
2011. Bagaimana Proses Belajar pada Orang
Dewasa. http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/23/teori-belajar-andragogi-dan-penerapannya/. Diakses pada
tanggal 8 Mei 2012 pukul 10.00 WIB.
Mardikanto, Totok.
2009. Sistem Penyuluhan Pertanian.
UNS press. Surakarta.