MAKALAH AGAMA ISLAM PANDANGAN ISLAM TENTANG TEORI LINGKUNGAN
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
yang baru dan termasuk yang penting untuk masa sekarang adalah pendidikan
lingkungan. Pendidikan tersebut berkenaan dengan kepentingan lingkungan di
sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman
kehancuran, pencemaran, atau perusakan.
Pendidikan
lingkungan telah diajarkan oleh Rasululloh SAW kepada para sahabatnya. Abu
Darda ra pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasululloh
SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta
pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan
tersebut akan mendatangkan pahala yang besar disisi Alloh SWT dan bekerja untuk
memakmurkan bumi merupakan amal ibadah kepada Alloh SWT.
Pendidikan
lingkungan yang diajarkan oleh Rasullloh SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak
kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an yang membahas tentang lingkungan.
Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif.
Oleh
karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas secara luas mengenai al-qur’an dan lingkungan, karena
al-qur’an telah menjelaskan tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan
meletakkan dasar dan prinsipnya secara global.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa sebenarnya lingkungan dan
bagaimana kondisinya pada saat ini?
2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an yang
berkaitan dengan lingkungan?
II. PEMBAHASAN
A. Kondisi
Lingkungan Pada Masa Ini
Masalah
lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global karena menyangkut berbagai
sektor dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini terbukti dengan munculnya
isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer terdengar. Diantaranya isu
efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis, kenaiakan suhu udara, mencairnya es
di kutub, dll. Mungkin sebagian besar orang baru menyadari dan merasakan akan
dampak tingkah lakunya di masa lampau yang terlalu berlebihan mengeksploitasi
alam secara berlebihan.
Kerusakan
lingkungan yang terjadi saat ini bisa dikatakan telah menyebar di berbagai
belahan dunia. Khususnya Indonesia yang memiliki potensi alam yang sangat
melimpah. Dengan potensi alam yang sedemikian melimpahnya telah membuat
orang-orang berusaha untuk mengolah secara maksimal. Bahkan potensi alam
tersebut dapat menarik masuk investor-investor asing untuk berbisnis di negeri
ini. Dengan adanya potensi yang begitu melimpahnya memang kita akui dapat
membantu memajukan perekonomian negara, tapi di sisi lain keadaan ini dapat
membuat orang untuk mengeksploitasinya secara maksimal untuk kepentingan
pribadi. Inilah yang kita takutkan, akan banyak pengusaha yang bergerak
disektor pengolahan lingkungan yang tidak mengindahkan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Mungkin
saat ini kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbawa oleh sistem
kapitalisme. Kapitalisme telah memperhadapkan umat manusia kepada problem
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Di dorong motif kepentingan diri
(self-interest), kebebasan (fredom), dan kompetisi tak bermoral, rezim
kapitalisme telah berhasil mendudukan alam sebagai objek eksploitasi tanpa
batas. Perubahan sistem ekonomi dengan adanya liberalisasi
perdagangan telah disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi.
Dalam perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan ini mengindikasikan adanya peningkatan
kapasitas penggunaan sumber daya alam. Peningkatan pengolahan sumber daya alam
tentunya dapat memunculkan kerusakan lingkungan. Tentunya keruskan itu kelak
akan menjadi sumber bencana alam akibat ulah manusia.
Timbulnya
kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagian besar adalah hasil perbuatan manusia. Karena manusialah yang
diberi tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia mempunyai daya
inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memiikinya.
Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut,
perkembangann persenjataan dan alat perusak lingkungan makin maju pula.
Kerusakan lingkungan diperparah lagi dengan banyaknya kendaraan bermotor, dan
pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara atau polusi. Pencemaran
tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan kehidupan sekelilingnya.
Limbah-limbah pabrik sering kali dibuang seenaknya ke sungai yang akhirnya
bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering
mengalami kebocoran, sehinggga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya, air sungai
dan laut beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat
beracun.
Indonesia
adalah salah satu negara yang paling sering dilanda bencana karena ulah
masyarakatnya. Sungguh ironis ketika Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas
umat Islam telah mencatat sejarah kehancuran alamnya seperti bencana banjir bandang,
tanah longsor, kekringan, dll. Pemerintah yang diharapkan dapat memberikan
jalan keluar dari persoalan ini malah mengeluarkan kebijakan yang aneh. Padahal
dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan dan cara
memanfaatkannya. Apakah umat Islam mayoritas saat ini telah meninggalkan
agamanya dan melupakan sumber ajarannya. Apakah mayoritas muslim saat ini telah
menjadi orang-orang yang hedonis dan materialistik. Inilah yang menjadi masalah
kita bersama sebagai umat Islam.
Mungkin
selama ini manusia terlau jumawa dengan kemampuan yang mereka miliki untuk
mengolah lingkungan yang ada. Padahal seharusnya manusia sebagai makhluk yang
dimulyakan dengan akal, seharusnya mampu berbuat apapun asalkan dalam memegang
amanah dan tanggung jawab dalam mengolah bumi. Dominasi manusia terhadap alam
memang menjdai suatu fitrah. Kelebihan karunia yang diberikan Allah SWT ,
tersirat dalam kalamnya :
“Dan sesungguhnya telah kami
muliakan anak-anak Adam , Kami angkut mereka di daratn dan di alautan, Kami
beri merka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan “ (Q.SS Al-Isra’ (17);(70)
Keutamaan
yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia akal yang dimiliki
manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu menaklukan segala apa yang ada
di alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya kenikmatan akal yang luar biasa
terebut menjadi sangat berbahaya jika pada akhirnya mereka tidak menjadi
khalifah yang amanah. Parahnya, keadaan seperti inilah yang sekarang sedang
terjadi.
Dapat
disimpulkan bahwa kerusakan yang terjadi saat ini merupakan akibat dari
keserakahan manusia yang memilih cara pintas mengeksploitasi lingkungannya
secara habis-habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak awal Allah
telah memperingatkan adanya akibat ulah manusia tersebut yaitu sebagai
motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak berbuat
kerusakan. Seharunya umat islam menjaga lingkungannya sesuai dengan firman
Allah SWT :
“Dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”( QS Al-Araf: 56
)
Seharusnya
kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-qur’an dalam hal mengolah
lingkungan. Supaya kita dapat lebih bijak dan bertanggung jawab. Sehingga
nantinya dengan sendirinya akan lahirlah prinsip pembangunan berkelanjutan atau
pembangunan berwawasan lingkungan
A. Pandangan
Al-Qur’an yang Berkaitan Dengan Lingkungan
Al-Qur’an
sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang
membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan,
larangan untuk merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas berikut ini.
1
Alam Adalah Kenyataan yang Sebenarnya
Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya.
Alam semesta yang indah ini adalah benar-benar hadir dan sekaligus merupakan
salah satu bukti keagungan penciptanya. Allah juga telah menciptakan
hukum-hukumnya yang berlaku umum yang menunjukkan ke Maha Kuasaan-Nya dan
Keesaan-Nya. Langit dan bumi serta segala isinya diciptakan Allah secara serasi
dan teratur. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan Dialah yang menciptakan langit
dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan (Dialah juga) pada masa (hendak
menjadikan sesuatu) berfirman : "Jadilah", lalu terjadilah ia.
Firman-Nya itu adalah benar dan bagi-Nyalah kuasa pemerintahan pada hari
ditiupkan sangkakala. Dia yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata dan
Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuan-Nya.” (QS. Al-An’am : 73)
Jadi alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan
yang sebenarnya. Pandangan ini berbeda dengan penganut aliran Idelisme yang
menyatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi yang rill dan obyektif,
melainkan semu, palsu, ilusi, dan maya, atau sekedar emanasi atau pancaran dari dunia lain yang
kongkrit yang disebut dunia ideal.
“Dan Kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu
adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka.”
(QS. As-Shadd : 27)
Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran
materialism. Aliran materialism memang menyatakan bahwa alam ini benar-benar
ada, riil, dan obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam dugaan aliran
materialism adalah ada dengan sendirinya. Sedangkan menurut pandangan Islam,
alam raya ini diciptakan oleh Allah atau Tuhan YME. Allah yang menciptakan
sekaligus memelihara alam ini serta mengatur segala urusannya.
“Katakanlah : “Sesungguhnya patutkah
kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan
sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan
Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya
dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya. Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang
dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan
sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fusshilat : 10-12)
Pada ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti
kekuasaan dan ke-Esaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi, menghiasi langit
dengan bintang-bintang yang tak terhingga banyaknya. Dia mengetahui segala
sesuatu, tidak sesuatupun yang luput dari pengetahuan-Nya itulah Tuhan yang
berhak disembah. Tuhan yang menciptakan, menguasai , mengatur, memelihara
kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir keadaan semseta ini.
2 Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan
Manusia adalah makhluk hidup yang
diciptakan oleh Allah SWT, untuk tinggal di bumi, beraktifitas dan berinteraksi
dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu terbatas. Firman Allah SWT
dalam QS. Al-Baqarah : 36
“Lalu
keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh
bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan."
“...dan
bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan.”
Kediaman di muka bumi diberikan
Allah kepada manusia sebagai suatu amanah. Maka manusia wajib memeliharanya
sebagai suatu amanah. Manusia telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan
hidup dalam batas waktu tertentu. Oleh karena itu manusia dilarang keras
berbuat kerusakan.
Dengan kedudukan manusia sebagai
khalifah di muka bumi ini, sebenarnya manusia telah diberi tanggung jawab
besar, yaitu diserahi bumi ini dengan segala isinya.
“Dialah
Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi unutk kamu, dan Dia berkehendak
menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu”. Q.S. Al-Baqarah :29
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah
menganugrahkan karunia yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi
untuk manusia, untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga
kelangsungan hidupnya dengan menjaga alam dan agar manusia berbakti kepada
Allah penciptanya,kepada keluarga, dan masyarakat.
Apa yang telah ditegaskan Allah dalam dalam firman-firman-Nya
di atas adalah untuk mengingatkan manusia agar bersyukur. Karena walaupun
manusia diciptakan melebihi makhluk lainnya, manusia tidak mampu memenuhi
keperluannya sendiri tanpa bahan-bahan yang disediakan. Hal ini perlu disadari
oleh manusia, sebab tanpa memiliki rasa dan sikap syukur kepada Allah, maka
manusia cenderung akan merusak.
Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu
yang ada di alam ini untuk manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat Islam
merupakan upaya untuk menjaga limpahan nikmat Allah secara berksinambungan.
Sebaliknya, membuat keruskan di muka bumi,akan mengakibatkan timbulnya bencana
terhadap manusia. Allah sendiri membenci orang-orang yang membuat kerusakan di
muka bumi. Firman Allah :
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugrahkan Allah kepadamu(kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari ( kenikmatan ) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (Q.S Al-Qashas :77)
Begitu juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka
bumi, Allah telah menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan
kecurangan terhadap alam sangat dicela. Kenikamatan dunia dan akherat dapat
dikejar secara seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik dan menghindarkan
kerusakan dimuka bumi. Hal ini dikarenakan dapat berakibat pada terjadinya
bencana, yang kebanyakan disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.
Islam meberikan pandangan yang lugas bahwa semua yang ada di
bumi merupakan karunia yang harus dipelihara agar semua yang ada menjadi stabil
dan terpelihara. Allah telah memberian karunia yang besar kepada semua mahluk
dengan menciptakn gunung, mengembangbiakan segala jenis binatang dan menurunkan
partikel hujan dari langit agar segala tumbuhan dapat berkembang dengan baik.
Sebagaimana dengan Firman Allah SWT QS. Luqman : 10
“Dia meciptakan langit tanpa tiang
yang kamu melihatnyadan Dia meletakan gunung
(di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan Dia
memperkembangbiakan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami turunkan air
hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkn padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang
baik”.
Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah
kiranya yang mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang
masih asli. Rasulullah SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang suatu
daerah sebagai suatu kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung itu,
dalam syariat dikenal dengan istilah hima]. Rasululloh mencadangkan hima semata-mata untuk menjaga
ekosistem suatu tempat agar dapat terpenuhi kelestarian makhluk yang hidup di
dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga
kelestarian lingkungan.
Melihat banyaknya kandungan Al-Qur’an yang membahas perintah
menjaga lingkungan, hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari dan
merenungkan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Semoga dengan tumbuhnya
kesadaran umat Islam dalam beragama
khusunya tentang perintah menjaga keseimbangan alam dapat mengontrol
pengolahan sumber daya alam yang ada dengan bijak.
3
Tidak
Membuat Kerusakan Lingkungan
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup merupakan
akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai
khalifah di bumi telah menyallahgunakan amanah. Manusia mempunyai daya
inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memilikinya.
Kelebihan manusia yang disalahgunakan mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi
manusia terhadap alam dan pengolahan lingkungan yang tidak beraturan membuat
segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami berubah menjadi kacau dan
sering berakhir dengan bencana.
Dalam firman Allah Q.S Ar-Ruum ayat 41. Sesungguhnya Allah
telah menetapkan dan menggambarkan akibat dari kedurhakaan manusia terhadap
syariat. Manusia hanya bisa menguras dan menggali isi bumi saja tanpa
memperhatikan dampaknya. Maka terjadilah bencana dan kerusakan di atas muka
bumi. Padahal semua itu, menurut Yang Maha Kuasa, adalah akibat dari
tangan-tangan manusia itu sendiri:
“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan
perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).( QS.Ar-Rum : 41 )
Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia,
ini disebabkan manusia mempertaruhkan hawa nafsunya, tidak mempedulikan
tuntunan Allah. Sebagaimana dengan yang terkandung dalam Firman Allah SWT :
“Adapun orang-orang yang kafir,
sebagian mereka menjadi pelindung sebagian yang lain. Jika kamu (hai para
muslimin) tidak melaksanakn apa yang telah diperintahkan Allah itu , niscaya akn terjadi ke kekacuan di muka
bumi dan kerusakan yang besar”. Q.S Al-Anfal 73
Orang-orang yang berbuat kerusakan dapat digolongkan sebagai
orang-orang munafik atau fasik, sesuai dengan Firman Allah :
“Dan bila dikatakan kepada mereka “
Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”,merka menjawab:”sesungguhnya
kami orang yang mengdakan perbaikan”. Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. Q.S Al-Baqarah
11-12
Apabila mereka diperingatkan mereka akan membantah bahkan
menganggap dirinya yang membawa kebaikan. Apabila diajak untuk kembali ke jalan
kebenaran merka tidak mendengarnya dan mengabaikannya. Hal ini terbukti dengan
kokohnya perusahaan-perusahaan asing yang berada disektor pengolahan alam dari
tekanan pemerintah karena terjerat persoalan perusakan lingkungan. Persoalan-persoalan
tersebut juga terdapat dalam Firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 6-7 :
“Sesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan
mereka tidak akan beriman”. (Ayat 6)
“Allah telah mengunci mata hati dan
pendengaran mereka dan penglihatan merekaditutup. Dan bagi merka siksa yang
amat berat”. (Ayat 7)
Sesungguhnya Allah telah melarang manusia membuat kerusakan
di muka bumi ini. Seperti yang terdapat dalam Firman Allah di bawah ini:
“......... Dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Tuhan memperbaikinya” Q.S Al-A’raf:85
Kerusakan yang terjadi selama ini tidak lain karena manusia telah diperbudak oleh sistem yang
kapital dan juga tumbuhnya sifat materalistik hedonistik, sehingga berusaha
sebisa mungkin mengeksploitsi alam secara maksimal dengan tidak mengindahkan
prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena manusia terlalu berorientasi
pada keuntungan semata. Dalam ayat lain, Allah memberi tuntunan agar manusia
tidak menuruti orang yang membuat kerusakan.
“Dan janganlah kamu mentaati
perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi
bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.( Q.S. Asy-Syu’ara 151-152).
Sebagai motivasi, Allah telah menjajikan kebahagiaan akhirat
bagi orang yang tidak berbuat kerusakan atau bahkan melarang orang berbuat
kerusakan.
“Negeri akhirat itu Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan di muka bumi, dan kesudahan
yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa”. Q.S. Al-Baqarah : 83
Demikianlah tuntunlah Allah bagaimana seharusnya kita
bersikap terhadap lingkungan hidup kita. Dan Allah telah menjanjikan pahala
yang tiada taranya bagi kita yang senantiasa memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup serta tidak selalu membuat kerusakan.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seperti
yang telah dijelaskan diatas, bahwasanya itu semua menjadi alasan mengapa Alloh
menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an tentang pentingnya lingkungan
hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.
Kualitas sebagai indikator pembangunan dan ajaran
Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis
dari Alloh SWT untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Adanya bencana lebih karena manusia
melakukan ekspliotasi berdasarkan kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh
keuntungan yang sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bencana yang
ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak mempunyai pengetahuan mengenai ekosistem
dan memandang baik perbuatannya yang salah tersebut tanpa pengetahuan, dalam
Al-Qur’an disebutkan sebagai manusia yang dzalim. Sebagaimana Allah
mengingatkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Ajaran Islam Tentang Melestarikan Lingkungan. www.gooogle.com. Diakses tanggal 30 Juni 2013