Teknologi Dalam Pengolahan Lahan Pertanian
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kegiatan bercocok tanam tentu banyak menggunakan alat – alat untuk
mengolah tanah ataupun hasil pertanian. Alat – alat untuk bercocok tanam
tersebut sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan dari masa ke masa
tentunya banyak mengalami berbagai macam perkembangan. Dalam proses pengolahan
lahan mulanya menggunakan cangkul yang bertujuan untuk membalik lapisan tanah
yang subur, akan tetapi lama kelamaan cangkul dirasa kurang efektif, karena
dengan menggunakan cangkul tenaga yang dikeluarkan tidak sebanding dengan luas
tanah yang akan diolah, karena dalam hal ini manusia mempunyai peranan yang
dominan didalam menggerakan alat dimaksud, sehingga produktifitas kinerja
tegantung kepada kekuatan atau tenaga manusia itu sendiri, selain itu juga
membutuhkan waktu yang cukup lama jika lahan yang akan ditanami cukup luas.
Kemudian para petani menemukan cara yang lebih efektif dalam mengolah tanah dengan menggunakan bajak sawah yang ditarik binatang, seperti kerbau, sapi ataupun kuda . Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Dengan menggunakan bajak, para petani dapat mempersingkat waktu dalam mengolah tanah agar secepatnya bisa segera ditanami. Namun dalam prosesnya, penggunaan bajak dalam kegiatan bercocok tanam juga menemui kendala. Karena bajak ditarik hewan, kendala yang dihadapi utamanya menyangkut hewan tersebut, kendala yang dialami ialah dalam hal pemeliharaan hewan tersebut, seperti kandang dan makanan hewan tersebut, selain itu tidak semua petani memiliki hewan ternak karena hewan – hewan tersebut dirasa cukup mahal bagi petani yang memiliki lahan pertanian yang tidak seberapa luas. Seiring berkembangnya teknologi dalam ilmu petanian serta adanya pemikiran kearah peningkatan produksi secara cepat dan berklanjutan, berdampak kepada perubahan alat pengolah lahan atau tanah, penggunaan bajak dengan tenaga kerbau sudah mulai ditinggalkan dan beralih menggunakan jasa traktor yaitu alat yang menggunakan tenaga mesin sebagai penggeraknya, dengan bentuk yang di rancang menyerupai kendaraan bermotor serta mengunakan bahan bakar, alat ini disebut dengan traktor. Penggunaan alat pengolahan lahan yang menggunakan kekuatan tenaga mesin ( traktor ) dipandang lebih produktif serta efisien.
Kemudian para petani menemukan cara yang lebih efektif dalam mengolah tanah dengan menggunakan bajak sawah yang ditarik binatang, seperti kerbau, sapi ataupun kuda . Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Dengan menggunakan bajak, para petani dapat mempersingkat waktu dalam mengolah tanah agar secepatnya bisa segera ditanami. Namun dalam prosesnya, penggunaan bajak dalam kegiatan bercocok tanam juga menemui kendala. Karena bajak ditarik hewan, kendala yang dihadapi utamanya menyangkut hewan tersebut, kendala yang dialami ialah dalam hal pemeliharaan hewan tersebut, seperti kandang dan makanan hewan tersebut, selain itu tidak semua petani memiliki hewan ternak karena hewan – hewan tersebut dirasa cukup mahal bagi petani yang memiliki lahan pertanian yang tidak seberapa luas. Seiring berkembangnya teknologi dalam ilmu petanian serta adanya pemikiran kearah peningkatan produksi secara cepat dan berklanjutan, berdampak kepada perubahan alat pengolah lahan atau tanah, penggunaan bajak dengan tenaga kerbau sudah mulai ditinggalkan dan beralih menggunakan jasa traktor yaitu alat yang menggunakan tenaga mesin sebagai penggeraknya, dengan bentuk yang di rancang menyerupai kendaraan bermotor serta mengunakan bahan bakar, alat ini disebut dengan traktor. Penggunaan alat pengolahan lahan yang menggunakan kekuatan tenaga mesin ( traktor ) dipandang lebih produktif serta efisien.
PEMBAHASAN
A.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Samuel
Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau
sebab-sebab ekstern.Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah
segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan unsur-unsur
atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan
tertentu ke keadaan yang lain. Secara umum perubahan sosial dan budaya
dibedakan dalam beberapa bentuk:
a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
c. Perubahan yang direncanakan (planned change) / perubahan yang dikehendaki
(intended change) dan perubahan yang tidak direncanakan (unplanned
change) / perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change)
d.
Perubahan Struktural dan Perubahan Proses
Perubahan
sosial budaya dalam hal pengelolaan pertanian masuk ke dalam bentuk Perubahan
Besar. Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang memberi pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Salah
satunya perubahan cara pengelolaan pertanian dengan pemakaian alat pertanian
dari mesin (traktor) pada masyarakat agraris merupakan perubahan yang membawa
pengaruh besar. Pengaruh besar tersebut diantaranya memudahkan para petani
dalam mengelola sawah terutama dalam mengolahan tanah yang bertujuan untuk
menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh
benih. Tanah yang padat diolah sampai menjadi gembur dengan bantuan traktor
sehingga lebih efisien.
B.
Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Talcott
Parsons menjelaskan bahwa Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat
terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau
yang berasal dari luar masyarakat atau system sosial.
1.
Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut
ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab
intern) :
a. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.Jumlah
penduduk mempengaruhi matapencaharian penduduk sebagai penduduk yang agraris
b. Adanya
penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang
bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention).Seperti penemuan alat pengolah tanah dari
penemuan bajak kayu sampai traktor canggih.
c. Munculnya
berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Dari
penemuan-penemuan tersebut muncullah konflik diantara masyarakat seperti
pertimbangan petani dalam menggunakan traktor karena selain berdampak
positif juga dapat berdampak negatif.
2.
Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan
sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal
dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari
luar masyarakat.
a. Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu
daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan
besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
Seperti peneysuaian dalam menggunakan bajak hewan untuk lahan basah menggunakan
sapi atau kerbau sebagai penggeraknya sedangkan di lahan kering menggunakan
kuda.
b. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebutdemonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu
kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan
muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli
dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Diantaranya pada pengolahan tanah menggunakan traktor canggih karena pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.
C.
Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya
1.
Faktor-Faktor Pendorong Perubahan
a. Adanya
Kontak dengan Kebudayaan Lain
Kontak
dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru
tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara
budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan
suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
b.
Sistem Pendidikan Formal yang Maju
Pendidikan
memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia,terutama membuka pikiran dan
mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan
memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya
dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
c.
Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Penghargaan
terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih
baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan
karya-karya lain.
d.
Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang
Penyimpangan
sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat
merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi
dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e.
Sistem Terbuka Masyarakat (Open Stratification)
Sistem
terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih
luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status
sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan
kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
f.
Heterogenitas Penduduk
Di
dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan
ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan
kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya
perubahanperubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai
keselarasan sosial.
g.
Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran
yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir
maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
h.
Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan
yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.
i. Nilai Bahwa
Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki
Hidupnya Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
Dalam
hal cara mengolah sawah diantara faktor-faktor tersebut yang mendorong
perubahan:
a. Adanya
pengaruh dari budaya masyarakat lain.
Seperti
kebiasaan masyarakat kota yang menggunakan alat-alat modern yang masyarakat pedesaanpun mengikutinya.
b. Orientasi ke Masa Depan
Pemikiran
yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir
maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
c. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Ketidakpuasan
yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.
d. Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk
Memperbaiki
Hidupnya Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
2.
Faktor-Faktor Penghambat Perubahan
a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Kehidupan
terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-perkembangan
yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan
masyarakat menjadi statis.
b. Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Kondisi
ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup,
contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama
berada di bawah pengaruh masyaPerubahan Sosial Budaya di Bidang Pertanianrakat
lain (terjajah).
c. Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Sikap
yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit
menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang
bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).
d. Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan
Integrasi
kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini
dikhawatirkan akanmenggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
Beberapa golongan masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap
mempertahankan diri pada pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.
e. Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)
Sikap
yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa
lain, misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari
Barat karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan,
sehingga mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.Itulah yang
menyebabkan kemajuan alat dan tekhnologi menjadi terhambat.
f. Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis
Setiap
usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan
sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi
dasar integrasi masyarakat tersebut.
g. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat
atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya
sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap
perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin
dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat
masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi
tidak akan digunakan, begitu juga dengan cara pengolahan tanah yang masih
banyak menggunakan hewan.
D.
Sikap Kritis Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial Budaya
a. Inovatif
Adanya
perkembangan teknologi dan penemuan-penemuan baru mendorong orang untuk terus
berinovasi dalam menemukan tekhnologi baru yang lebih bermanfaat dan untuk
menyempurnakan penemuan yang sebelumnya.
b. Lebih praktis ( efisien )
Perubahan
sosial dan budaya dalam masyarakat mengakibatkan perilaku masyarakat menjadi
lebih praktis dan efisien.
c. Pertentangan ( Konflik )
Secara
fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih
halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya
akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Sehubungan dengan kondisi
tanah dimaksud, dapat menyababkan berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah
ikan belut pun akan meningkat. Keadan tersebut banyak dimanfaatkan oleh
kebiasaan masyarakat dalam memancing ikan belut (ngurek) maupun mencari ikan
belut secara langsung yang dilakukan pada malam hari dengan menggunakan bantuan
cahaya patromax atau obor (ngobor/ngadamar).Ketika beralih ke traktor, secara
fisik kondisi tanah hasil pekerjaan traktor tangan (angleran) teksturnya lebih
kasar dan padat, serta dimungkinkan terjadinya pencemarana tanah akibat dari
kebocoran bahan bakar bensin maupun pelumas (oli) dari mesin traktor dimaksud,
sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan kurang
berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah ikan belut pun sangat sulit dicari
maupun di pancing. Dengan beralihnya dalam penggunaan bajak kerbau
ke traktor tangan dapat berimbas kepada menurunnya jumlah pendapatan petani
pemilik kebau.
d
Ketidakserasian sosial ( disintegrasi )
Berbagai
bidang kegiatan budaya dan seni maupun penciptaan alat- alat yang diyakini
merupakan sebuah manfaat dan nilai dari kehidupan manusia, akan berkembang
melalui serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku
baru yang bedampak kepada kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Menolak dan
menghindari modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri
dari masyarakat internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan dalam
menjalin hubungan, baik dalam lingkup masyarakat maupun hubungan antar negara.
Munculnya ketertinggalan budaya (culture lag) merupakan kondisi yang terjadi
manakala unsur-unsur kebudayaan tidak berkembang secara bersamaan, salah satu
unsur kebudayaan berkembang sangat cepat sedangkan unsur lainnya mengalami
ketertinggalan.
Ketertinggalan
yang terlihat mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran serta pesatnya
perkembangan teknologi dan pembangunan, kondisi ini terutama terjadi pada
masyarakat yang sedang berkembang. Begitu halnya dengan sektor pertanian yang
mengalami perubahan dan perkembangan secara terus menerus sesuai dengan alih
teknologi serta perkembangan pada masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk
modernisasi di bidang pertanian salah satunya adalah teknik pengolahan lahan
dengan dengan menggunakan alat dari mulai bajak yang ditarik dengan binatang
kerbau telah mengalami pergeseran dengan menggunakan traktor tangan dan mesin
sebagai penggeraknya.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas tadi mengenai perubahan sosial dalam pengolahan lahan
pertanian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Adanya
perkembangan tekhnologi dan penemuan-penemuan baru mendorong orang untuk terus
berinovasi dalam menemukan tekhnologi baru yang lebih bermanfaat
2. Perubahan
sosial dan budaya dalam masyarakat mengakibatkan perilaku masyarakat menjadi
lebih praktis dan efisien.
3. Perubahan
sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang
berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat atau
system sosial
DAFTAR
PUSTAKA
Parsons, Talcott.
1951. The Social System. New York. The Free Press
Lauer,
Robert H. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Bineka Cipta
Samuel Koenig. 1957. Man
and society : the Basic teachings of sociology. New York. Barner & Noble,
Inc