Kemilau Batu Akik Bacan
Batu bacan (Chrysocolla)
adalah batu permata atau batu mulia yang berasal dari Pulau Kasiruta, Halmahera
Selatan, Maluku Utara. Batu akik bacan ini sejatinya telah tersohor hingga
mancanegara. Bukan hanya di masa kini, melainkan sejak abad pertengahan saat
Tanah Air menjadi pusat rempah-rempah dunia.
Batu bacan
dianggap ‘batu hidup’ karena kemampuannya berproses menjadi lebih indah secara
alami. Sebagai contoh mengapa batu ini sampai mendapat nama sebagaui “batu
hidup” adalah batu bacan yang semula berwarna hitam secara bertahap mampu
berubah menjadi hijau. Tidak cukup berproses sampai di situ, berikutnya batu
ini masih bisa berubah lagi dalam proses ‘pembersihan’ sehingga menjadi hijau
bening seperti air. Untuk mempercepat proses tersebut biasanya pemilik batu
bacan akan terus-menerus memakainya hingga berubah warnanya.
Batu mulia asal
Pulau Kasiruta, Halmahera Selatan, Maluku Utara, ini sejatinya telah tersohor
hingga mancanegara. Bukan hanya di masa kini, melainkan sejak abad pertengahan
saat Tanah Air menjadi pusat rempah-rempah dunia.
Nama bacan
berasal dari nama pulau dan nama kerajaan di Maluku Utara. Batu
bacan telah melambungkan nama daerah asalnya ke mancanegara. Sudah sejak
lama penduduk di kawasan empat kerajaan Maluku (Terante, Tidore, Jailolo, dan
Bacan) memanfaatkan keindahan batu yang berasal dari daerah mereka itu sebagai
bahan perhiasan. Nama pulau penghasil batu bacan sendiri adalah Pulau Kasiruta.
Akan tetapi, penisbahan nama bacan diawali dari tempat pertama kali batu itu
diperdagangkan, yaitu Pulau Bacan yang tidak seberapa jauh jaraknya dari Pulau
Kasiruta.
Batu bacan
dianggap 'batu hidup' karena kemampuannya berproses menjadi lebih indah secara
alami. Pada 1960, saat berkunjung ke Pulau Bacan, Presiden Soekarno dihadiahi
warga setempat beberapa butir batu bacan. Presiden SBY juga sempat menghadiahi
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama cincin batu bacan saat berkunjung ke
Indonesia.
Dilansir
indonesia.travel, keelokan batu bacan tidak hanya pada kemampuannya untuk terus
‘hidup’ berubah warna secara alami. Namun, beberapa jenis batu bacan untuk
dapat menyerap senyawa lain dari bahan yang melekatinya. Seperti sebutir batu
bacan hijau doko yang dilekatkan dengan tali pengikat berbahan emas mampu
menyerap bahan emas tersebut sehingga bagian dalam batunya muncul bintik-bintik
emas.
Kemampuan batu
bacan yang berubah warna secara alami dan mencerap bahan melekatinya itulah
yang membuat pecinta batu mulia di luar negeri dari China, Arab, dan Eropa
tercengang dan kagum terhadapnya. Selain itu, batu bacan juga memiliki tingkat kekerasan
batu 7,5 skala Mohs seperti batu jamrud dan melebihi batu giok.
Dengan keistimewaan dan keunggulan batu bacan itulah banyak pecinta batu mulia
dari luar negeri memburunya sejak tahun 1994. Di Indonesia sendiri batu ini
baru popular belakangan sejak 2005 dimana sekarang harganya sangat mahal serta
kurang logis bagi orang awam.
Penambangan
batu bacan sendiri di Pulau Kasiruta tidaklah mudah karena perlu penggalian
tanah hingga lebih dari 10 meter. Penambang batunya perlu mencari di tanah
terdalam demi mencari urat-urat galur batu bacan. Meski lebih identik dengan
warna hijau, batu bacan sebenarnya memiliki ragam warna lain seperti kuning
tua, kuning muda, merah, putih bening, putih susu, coklat kemerahan, keunguan,
coklat, bahkan juga beragam warna lainnya hingga 9 macam.
Batu bacan
diketahui telah menjadi perhiasan hampir setiap warga sejak masa empat
kesultanan (Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan) di Maluku Utara, baik itu oleh
pria maupun wanita. Bahkan, batu bacan terbaik menjadi penghias mahkota para
sultan yang masih ada hingga saat ini seperti pada mahkota Kesultanan Ternate.
Sering pula batu ini menjadi hadiah bagi tamu yang menyambangi pulau-pulau di Maluku.
Tahun 1960 saat Presiden Soekarno berkunjung ke Pulau Bacan dihadiahi warga di
sana berupa batu bacan. Presiden SBY juga sempat menghadiahi Presiden Amerika
Serikat, yaitu Barrack Obama berupa cincin batu bacan saat berkunjung ke
Indonesia.
Apabila Anda
menyambangi Ternate, Tidore, Jailolo, atau pun Pulau Bacan maka pastikan
mendapatkannya untuk sebuah cenderamata. Akan tetapi, perlu kecermatan memilih
atau mintalah saran orang yang memahaminya terkait keasliannya. Hindari pula
membeli batu bacan ‘mati’ yang dibentuk jadi mata kalung atau mata cincin
dimana terkadang batu tersebut tidak akan mengalami proses apa-apa lagi.
Sebagai panduan
singkat bahwa jenis batu bacan berkualitas yang umum dikenal dan beredar di
pasaran ada dua, yaitu bacan doko dan bacan palamea. Bacan doko kebanyakan
berwarna hijau tua sedangkan bacan Palamea berwarna hijau muda kebiruan. Nama
palamea dan doko sendiri diambil dari nama desa di Pulau Kasiruta. Kedua desa
tersebut memiliki deposit batu bacan cukup banyak selain di desa Imbu Imbu dan
Desa Besori.
Batu bacan
sendiri merupakan jenis batu krisokola yang kebanyakan berwarna hijau kebiruan.
Kekerasan awal batu ini berkisar antara 3-4 pada skala Mohs. Batu Bacan
berkualitas adalah yang telah mengalami proses silisifikasi sehingga
kekerasannya mencapai 7 pada skala Mohs. Batu bacan yang sudah memproses alami
akan terlihat mengkilat dan keras ketika sudah diasah.
Batu bacan
dikenal memiliki dua jenis, yakni:
1. Batu bacan
doko: Batu bacan Doko berasal dari nama desa tempat pertama kali batu ini di
temukan yaitu di Desa Doko di Kepulauan Kasiruta. Batu bacan Doko memilki warna
yang khas yaitu hijau tua.
2. Batu bacan
Palmea: Nama ini juga diambilkan dari nama desa di pulau yang sama. Nmun
demikian batu bacan palmea memiliki kekhasan tersendiri. Batu bacan palmea
berwarna hijau muda kebiruan.
Bagi mereka
yang percaya batu bacan juga memiliki khasiat tersendiri. Mereka percaya bahwa
batu bacan memiliki kekuatan dengan pemiliknya bisa
menjadi hidup lebih makmur di samping membuat pemakainya kelihatan
lebih menarik dan berwibawa sehingga banyak disukai orang. Demikian mitos yang
berkembang tantang khasiat batu bacan.